SEJUJURNYA,
AKU MASIH MENCINTAINYA
Enam
tahun berlalu, ketika masa mudaku harus terlewati tanpa cinta. Bukan karena aku
tak tampan, atau mungkin karena aku ketinggalan zaman. Tapi karena dia, gadis
berparas cantik kelahiran Jawa yang berhasil membuatku jera dengan apa yang
namanya cinta. Gadis itu memang seperti gadis pada umumnya, hanya saja hatiku
berkata lain, bagiku dia gadis yang istimewa karena hanya dialah yang mampu
membuat jantungku berdetak kencang semenjak pertama kali ku bertemu dengannya.
Dulu aku dan dia adalah sepasang kekasih yang sangat serasi, bahkan kita telah
sepakat akan menikah setelah berhasil mewujudkan cita-cita kita berdua sebagai
dokter dan dosen. Tapi sekarang, semua itu hanya tinggal kenangan yang tak
mungkin akan terwujud setelah ku mendengar kabar pertunangannya dengan lelaki
yang satu kampus dengannya. Semenjak itulah aku memutuskan hubungan dengan
gadis yang selama satu tahun terakhir telah menjadi bagian dari hatiku.
Pada
suatu hari di kota semarang, saat aku sedang menikmati senja sore yang idi
sebuah toko buku tiba-tiba aku bertemu dengan gadis cantik yang mirip dengan
mantanku. Tak kusangka tiba-tiba gadis itu memanggilku seraya berkata :
“ sayang. . .” (sambil
melambaikan tangan dan berlari memelukku)
“( sambil melepaskan
dekapan tangannya) anda siapa?, kenapa memanggilku sayang?”
“ aku aulia dit,
kekasihmu dulu. . .”
“ (memandang) anda
aulia?”
“ iya dit, aku Aulia.
Masih ingatkah kau denganku?”
“ (menunduk dan
terdiam)”
“ kenapa kau diam dit?
Tak kusangka secepat itu kau melupakanku” (berbalik dan beranjak pergi)
“(memegang tangan)
tunggu aulia, tunggu. . bukan maksudku tidak mengenalmu, atau bahkan
melupakanmu. Justru kehadiranmu saat ini membuatku harus kembali mengulang
kenangan masa lalu yang telah berusaha kuhapus dari memoriku”
“(menunduk dan menangis) diam dit, diam. .kau
pikir yang tersiksa selama ini hanya kau saja, hah?. .tidak dit, tidak. Justru
selama ini dalam hatiku, dalam ingatanku tiada lain hanyalah kamu.”
“apa?
Itu tidak mungkin. Bukankah kau telah bertunangan dengan lelaki lain. Bagaimana
bisa di hatimu hanya ada aku. Kau pembohong Al, kau pembohong!”
(sambil
mengusap air matanya) “ maksudmu apa? Selama enam tahun ini aku tidak pernah
jadian sama lelaki manapun, apalagi bertunangan. Itu semua fitnah dit, fitnah
..!”
“oh,
begitukah? Lalu ini apa? ( sambil menunjukkan sepucuk surat undangan
pertunangan bertuliskan nama aulia dan haikal)
(terkejut)
hah. . .ini undangan dari siapa dit? Aku tidak pernah membuat undangan ini,
apalagi disini bertuliskan namaku dan haikal. Asal kau tahu saja, haikal
hanyalah teman sekampusku dulu. Kami tidak pernah menjalin hubungan lebih dari
teman”
“terserah
Al, terserah kau mau berkata apa. Aku sudah tak peduli !”
“(memandang
wajah Adit) oh, Jadi gara-gara masalah ini. Sekarang aku tahu Dit kenapa enam
tahun yang lalu kau tiba-tiba hilang begitu saja dari hidupku, memutuskan
hubungan denganku, dan melupakan semua cinta kita. Padahal kita telah berjanji
akan menikah setelah sukses nanti. Tak kusangka kau tega melakukan itu padaku.
. .”
(
Tit. . .tit. . .tit) Tiba-tiba terdengar suara bel yang menandakan bahwa toko
akan segera ditutup sepuluh menit lagi dan pengunjung diharap meninggalkan toko
secepatnya. Tanpa berkata apapun aku langsung bergegas meninggalkan Aulia di
sana sendirian tanpa memandang wajah cantiknya yang sekian lama sangat
kurindukan. Sebenarnya aku sangat menyesal, tapi apa daya aku tak sanggup lagi
mengendalikan jantungku yang terus berdetak kencang setiap memandang wajah
cantiknya itu. Iya memang benar, kuakui aku masih mencintainya dan sampai detik
ini, meskipun kami telah terpisah selama enam tahun rasa cinta itu tetap
membara di relung hatiku.
“Adit.
. .Adit. . .Adit” ( Terdengar suara Aulia yang berkali-kali memangil namaku,
tapi sama sekali tak kuhiraukan. Aku justru semakin mempercepat langkahku dan
beranjak pergi dari hadapan Aulia).
Satu
minggu berlalu, semenjak pertemuanku dan Aulia di toko buku tersebut, setiap
detik hatiku tak pernah tentram saat mengingat pengakuan dari gadis cantik yang
kucintai selama ini ternyata tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki
manapun, apalagi dengan Haikal. Lalu maksud dari semua ini apa? Mengapa Haikal
mengirimkan surat undangan pertunangan ini? Tiba-tiba muncullah perasaan curiga
dibenakku saat mengingat kejadian waktu itu.
Keesokan
harinya, aku pergi ke Surabaya untuk menemui Haikal di rumahnya. 10 jam perjalanan
telah kutempuh dan sampailah aku di sana dengan selamat.
“assalamualaikum.
.(sapaku sambil mengetuk pintu)”
“waalaikumsalam,
iya tunggu sebentar” (membuka pintu)
“haikal.
. apa kabarmu(memeluk)”
“oh
ternyata kamu dit, iya alhmdulillah baik-baik saja. Kamu sendiri
bagaimana?”(sambil melepaskan dekapan adit dan mengajaknya masuk)
“aku
sedang tidak baik kawan, hahaha”
“ah
aku ini bisa saja dit, oh iya silahkan duduk dulu. Mau minim apa?”
“gak
usah repot-repotlah kal, aku di sini tidak lama kok soalnya masih ada urusan”
“halah.
.istirahat sajalah dulu kawan, apa kau tidak kangen dengan aku? Hahaha”
“hhh,
kangenku hanya untuk aulia kawan. .”
“(melotot)
jangan bercanda ya dit, tidak lucu kau kalau kau kangen dengan tunanganku”
“hah
tunangan? Masih saja kau berani berbohong di depanku saat semua telah terbongkar.
Sebenarnya apa sih yang kau inginkan ?”
“tutup
mulutmu dit. Iya aku akui selama ini memang aku telah membohongimu. Tapi
baguslah kalau kau sudah tau hal itu, hahaha ( tertawa mengejek)”
“Kurang
ajar. Tak kusangka kau tega melakukan semua ini, apa aku pernah berbuat salah
kepadamu?
“Sabar
kawan, kau memang tidak pernah berbuat salah kepadaku. Tapi kau telah berhasil
membuatku terus merasa iri karena kau terlalu beruntung mendapatkan wanita
sebaik aulia sedangkan aku tak bisa mendapatkan semua itu”
“ternyata.
. .kau benar-benar serigala berbulu domba” (seraya menggertak dan langsung
melangkah keluar rumah).
Seketika
itu juga aku langsung meninggalkan rumah Haikal dan bergegas menuju rumah
Aulia, gadis pujaanku. Tak jauh dari Surabaya, hanya perlu waktu setengah jam
aku sudah sampai di rumahnya. Kedatanganku disambut hangat oleh ibunya sembari
memelukku. . .
“Nak
Adit, apa kabar? Lama tante tak berjumpa denganmu”
(mencium
tangan ibunya Aulia)”iya tante, sudah lama sekali kita tak bertemu. Adit
Alhamdulillah sehat, kalau tante bagaimana?
“Tante
agak kurang sehat dit, semenjak Aulia memutuskan melanjutkan S-2nya di
Singapura”
(terkejut)”
apa? Jadi Aulia sekarang di Singapura tan?”
“loh
kamu malah belum tau ya nak? Tante pikir Aulia pergi denganmu”( sambil mengerutkan
keningnya)
“Tidak
tante, Adit malah tidak tahu apa-apa tentang Aulia, Ya sudah tan, kalau begitu
tolong sampaikan salamku kepada Aulia jika dia pulang nanti. Dan tolong
sampaikan juga bahwa aku akan selalu siap menunggu untuk memperistri dan menjadikannya
ibu untuk anak-anak kita kelak. Jadi, Adit mohon sama tante agar mau merestui hubungan
kami berdua”
(tersenyum)”
iya nak Adit, tante akan selalu mendoakan kalian agar bisa bersatu”
“terimakasih
tante, ya udah Adit permisi pulang dulu”
“iya
nak, hati-hati di jalan”
Satu
tahun berlalu semenjak kepergian Aulia ke Singapura, tiba-tiba tersiar kabar
dari temannya kalau pesawat yang Aulia kendarai untuk pulang ke negeri asal
mengalami kecelakaan dan tak ada satupun penumpang yang selamat. Sontak aku
menjerit namanya dengan deraian air mata.
“Aulia.
. .Aulia. . .” (berulang kali terus kupanggil nama itu dan berharap dia akan
berdiri di hadapanku, tapi semua itu mustahil karena dia telah kembali kepada
pemilik-Nya)
Demikianlah
sepenggal cerita cintaku yang harus tertunda beberapa tahun gara-gara
kebodohanku yang percaya begitu saja pada fitnah yang datang untuk menguji
jalinan cinta antara aku dan Aulia. Dan pada akhirnya kita pun tidak bisa
bersama mewujudkan kesatuan cinta dalam sebuah bahtera rumah tangga di
kehidupan dunia. Tetapi aku tetap yakin cintaku dan Aulia akan terwujud di
kehidupan akhirat yang lebih abadi.